Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
assaLam .. my seLf ==> fisik : - ndutz . - rambut pendek . - cubbiye n soon . sifat : hanya orang Lain yang bisa meniLai quw . tu Lah beberapa yang bisa saiia berikan .. atas partisipasi na untuk mengunjungi blog saiia . saiia ucapkan terima kasih .. wassaLam ..

Pengikut

Minggu, 31 Januari 2010

Tradisi Mendesain Tekstil Di India

Dari semua bentuk seni di India, seni mendesain tekstil adalah yang paling tua umurnya. Penemuan fragmen-fragmen kain-kain katun yang sangat bagus tenunannya dan dicelup dengan bahan-bahan alami dan kumparan-kumparan benang di Mohenjodaro menunjukkan bahwa industri tekstil di India telah berusia 4000 tahun lebih, jauh sebelum bangsa Arya masuk ke negeri ini.

Produk-produk tenunan purba India saking indahnya dilukiskan sebagai sebuah hasil 'karya yang puitis dalam bentuk kain-kain berwarna’ dan boleh dikatakan tidak ada suatu rahasia bertenun pun yang tidak dikuasai oleh para penenunnya.

Pada zaman Mahabharata dan Ramayana, seni menenun dan mendesain tekstil telah mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi. Dalam lukisan-lukisan dinding dari zaman purba, yang ditemukan pada gua-gua Ajanta dan Bagh, terdapat tanda-tanda tentang berbagai desain kain tenun seperti desain bandhani, tentang pakan dan lungsin, ikat dan celup.

Jika kita mengkaji sejarah pendesainan tekstil, kita akan menemukan bahwa pekerjaan pendesainan merupakan sebuah bidang pekerjaan khusus yang diidamkan oleh banyak penenun dan pelukis untuk menghasilkan karya-karya besar sesuai zamannya, untuk dipakai sendiri atau untuk dijual ke pasar, untuk konsumsi dalam atau luar negeri.

Di India terdapat sekolah-sekolah pendesainan tekstil, ada yang kuat pengaruh Hindunya seperti yang ditemukan di India selatan atau yang kuat pengaruh Mughalnya, dan kadang-kadang merupakan kombinasi keduanya. Sebagian besar desain-desain yang dihasilkan adalah menurut selera dan kebutuhan masyarakat dan kadang-kadang dibuat atas pesanan seperti untuk keluarga raja-raja.
Pada ahad ke-17, sekolah-sekolah kelompok Corornandal tumbuh subur di Petaboli. Karena Petaboli terletak di daerah Golconda yang diperintah kalangan Islam, corak dan gaya desainnya mencerminkan gaya Persia dari pihak penguasa yang menjadi patron-patron utama industri tekstil.
Sekolah-sekolah lain bisa ditemukan di daerah Pulicat dan Kalahasçi. Karena kedua daerah ini berada dibawah kekuasaan Hindu, mereka mewarisi tradisi seni Vijayanagar. Kain-kain yang dihasilkan kedua tempat ini bercorak Kalamkari. Secara estetika, kedua sekolah terdahulu yang ada di Coromandel banyak mempunyai persamaan. Di kedua sekolah ini, para penenunnya adalah orang-orang Hindu berkasta, yang bekerja atas dasar joint family atau keluarga bersama. Karena selera dan feshen yang digemari orang-orang_menunjang_industri tekstil ini, yang berkebangsaan Persia, IndoPersia dan Eropa, tidak sesuai dengan gaya lokal mereka sendiri, mereka menjadi bergantung kepada para pengrajin yang disewa oleh para pedagang. Desain-desainnya biasanya terdiri dari figur-figur yang ada hubungannya dengan si pengrajinnya sendiri, yang merupakan ciri khas keindividuannya.

Pada zaman Mughal, penggunaan teknik melukis kain katun adalah untuk tent hangings atau mendekor sketsel-sketsel guna menciptakan privacy kepada penghuninya.

Pada abad ke-17 dan 18, India telah menghasilkan berbagai jenis tekstil untuk pasar luar negeri. Pola dan desainnya yang khas India, yang dikembangkan para pengrajin India untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk acara-acara sosial, ternyata sangat asing bagi orang rnengembangkan perdagangan yang menguntungkan, para saudagar yang terlibat dalam Perdagangan India Timur merasa perlu untuk mengirimkan contoh-contoh yang sesuai dengan selera masyarakat India untuk ditiru atau diadopsi oleh para pengrajin India.

Pada abad ke-19, para penenun chintz (sejenis kain katun) yang dulunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang belum mereka kenal kini harus memenuhi kebutuhan keluarga-keluarga Eropa yang tinggal di lingkungan mereka. Motif-motif tradisional yang disebut buti atau motif tereli atau kisi-kisi dimodifikasi untuk memenuhi selera kontemporer. Motif buti berbentuk bunga yang pada zaman Mughal mengambil bentuk tanaman berbunga dengan kuncup yang melilit di puncaknya menjadi menjadi motif bunga secara konvensional.

Umumnya kain-kain katun dan kain muslin yang bagus pada abad ke-18 dibuat untuk kostum istana di Rajasthan. Pada upacara-upacara keagamaan dan pesta-pesta yang sifatnya sekuler, setiap orang diwajibkan memakai kostum baru. Untuk kesempatan serupa ini, kain-kain katun print, kain-kain muslin yang dicelup indah atau muslin ikat celup dan pita-pita bordiran yang berjumbai-jumbai dipakai hampir setiap orang termasuk yang miskin. Suatu ciri khas kostum Rajasthan adalah turban atau sorban. Apakah untuk dipakai sehari-hari atau untuk pesta, sorban selalu kaya dengan warna.
Di Gujarat, produk tekstil paling canggih pada zaman dulu adalah kain-kain bordiran dan tenunan. Mungkin membuat kain katun tulis clan kain katun print mungkin tumbuh belakangan dari pembuatan kain-kain mewah tadi, dan kebetulan di Gujarat tekniknya belum begitu berkembang seperti di daerah-daerah India selatan dan Deccan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar